Review Buku Tetes Cantingku di Kota Hujan Karya Sri Ratna Handayani, Kenalkan Ragam Batik Hingga Filosofinya
Identitas Buku
Judul buku : Tetes Cantingku di Kota Hujan, Khasanah Batik Handayani Geulis
Penulis : Sri Ratna Handayani
Penerbit : IPB Press
Jumlah halaman : 84 halaman
Genre : Budaya
Terbit : 2022
Cetakan ke 2
Review Buku Tetes Cantingku di Kota Hujan, Khasanah Batik Handayani Geulis
“Aku ingin menuangkan segala ritme tentang Bogor lewat goresan canting di lembaran batik”
Sri Ratna Handayani kembali meluncurkan buku keduanya setelah buku perdana nya Titik Balik pada 2020. Jika di buku Titik Balik kita diajak menjelajahi perjalanan hidup penulis, di buku ini kita akan menemukan hal yang berbeda dengan buku sebelumnya.
Buku Tetes Cantingku di Kota Hujan, Khasanah Batik Handayani Geulis ini fokus membahas tentang perkembangan batik Bogor hasil sentuhan tangan Sri Ratna Handayani. Buku ini secara mendalam membahas tentang batik torehan tangan penulis yang menggunakan motif-motif khas kota Bogor, lengkap dengan nilai filosofi tiap corak batik yang diukir.
Di bagian awal buku ini, kita terlebih dahulu akan dikenalkan dengan sejarah singkat kota Bogor secara garis besar. Karena, tak kenal maka tak sayang, bukan? Kota Bogor yang menjadi inspirasi penulis dalam membatik dengan menambahkan ciri khas Bogor khususnya keindahan, kekayaan dan potensi kota Bogor.
Ini pertama kali aku baca buku yang bergenre budaya, khususnya batik. Tapi saat baca buku ini, aku merasa tidak sabar untuk menengok ke halaman selanjutnya. Bagaimana tidak, buku ini dilengkapi dengan 22 motif batik khas kota Bogor yang berwarna-warni.
Menariknya, tiap foto batik yang disajikan dilengkapi dengan nama batiknya, deskripsi motif, keragaman motif, makna dan filosofi, serta teknik pembatikan. Hal ini membuat pembaca betah berlama-lama sembari memuaskan mata melihat motif batik yang indah.
Aku pribadi setelah baca buku ini merasa jatuh cinta dengan sejumlah motif batik, diantaranya Salapan Lawang yang memadukan ikon-ikon kota Bogor seperti buah talas, kijang, dan kujang. Ketiga hal ini benar-benar menjadi representasi kota Bogor. Terlebih lagi motifnya terlihat begitu indah. Motif batik Bemo juga tak kalah unik, bayangkan saja batik yang kamu kenakan memiliki motif angkutan umum bemo kota Bogor, yang bermakna kehidupan yang sabar dan bersahaja.
Kita juga akan belajar mengenai batik itu sendiri serta proses pembuatan batik yang dimulai dari proses penggambaran motif hingga penjemuran. Semua proses yang dijalankan dengan penuh rasa cinta hingga melahirkan beragam motif batik Bogor yang sarat akan makna.
Buku ini menurutku bisa menjadi rujukan bagi pecinta Bogor, dan pecinta batik sendiri sebagai suatu upaya meningkatkan kesadaran bagi tiap individu untuk menjadikan batik sebagai identitas dari negara Indonesia, serta menjadi rujukan literatur yang menambahkan khazanah perbatikan di Indonesia.
Buku ini juga menjadi saksi tentang bagaimana Sri Ratna Handayani menceritakan Bogor melalui torehan canting. Bagaimana Bogor dan batik menemukannya, dan saling bertaut. Buku yang penuh dengan cinta, ketabahan tangan pembatik, serta ketenangan tetesan malam yang jatuh dari canting.
Buku ini juga dilengkapi dengan lampiran dan dokumentasi, dimana pembaca bisa melihat motif batik Handayani Geulis yang memiliki Hak Kekayaan Intelektual (HAKI), dan sejumlah foto saat penulis menghadiri event maupun edukasi batik.